Theresia Hutasoit


Anak-anak itu
September 22, 2008, 8:15 pm
Filed under: RUPA-RUPA

Hatiku selalu merasa teriris setiap kali melihat anak kecil  ikut mengemis bersama ibunya. Sedih sekali membayangkan anak sekecil itu sudah harus mengalami kerasnya kehidupan ini. Sesungguhnya pemandangan seperti itu bukan hal yang aneh lagi di kota metropolitan ini, namun entah mengapa selalu saja meninggalkan rasa tak nyaman di hatiku. Siapakah yang harus disalahkan ? Ibu-bapaknya yang membiarkannya hadir ke dunia ini dan langsung memperkenalkannya kepada kekerasan dan kepahitan hidup ? Negara yang berjanji untuk memelihara  fakir miskin dan anak2 terlantar di salah satu pasal dalam Undang-Undang Dasarnya, namun ternyata hanya menjadikannya sebagai bahan hapalan anak2 sekolah, termasuk aku dulu. Ah… entahlah !

Di dekat kantorku  ada jembatan penyeberangan yang sering kulewati pada saat jam makan siang. Biasanya di tangga jembatan itu selalu ada seorang ibu2 gemuk dengan anaknya yang juga bertubuh montok. Continue reading



Kenangan di Kampung
July 15, 2008, 11:15 pm
Filed under: RUPA-RUPA

Entah mengapa, sampai saat ini kenangan masa kecil yang paling membekas dalam ingatanku adalah saat aku berlibur ke rumah ompungku di Siborong-borong atau tepatnya setiap kali berlibur ke sana. Seingatku waktu masih kecil kami sangat sering pulang ke Siborong-borong, paling tidak setiap hari Natal / Tahun Baru, berhubung di awal bulan Januari ompung doliku juga ber-ulang tahun. Tentang ompung doliku ini aku ingin bercerita sedikit.

Kami cucu-cucu ompung menyebut ompung doliku ini dengan ompung ‘besar’ (dengan penyebutan e-taling, khas orang batak). Entah siapa yang memulai menyebutkan demikian, namun nama ini menurutku sangat sesuai dengan bentuk tubuh ompung yang tinggi-besar, suara yang besar, tampang ke-Belanda2-an dan hidung yang mancung (ini diwariskannya kepada anak2 dan cucu2nya, walaupun belum ada yang sebagus bentuk hidung ompung).

Selain tampangnya yang ke-Belanda2-an, keseharian ‘ompung besar’ juga seperti kebiasaan orang2 Belanda tempo dulu. Setiap keluar dari rumah dia harus berpakaian necis lengkap dengan jas, topi dan tongkat. Bahkan, setiap kali makanpun dia harus dalam keadaan rapi dan bersepatu. Kelihatannya kebiasaan itu tidak terlalu mengherankan, mengingat konon katanya ompung adalah ‘Kapala Nagari’ Siborong-borong dan juga keturunan raja (padahal belum pernah kudengar orang Batak yang bukan keturunan raja. Sude do pomparan ni raja 🙂 ). Continue reading



KENAPA AYAM MENYEBRANG JALAN ?????
July 2, 2008, 11:48 am
Filed under: RUPA-RUPA

KENAPA AYAM MENYEBRANG JALAN ?????
Jawaban dari :

GURU TK : supaya sampai ke ujung jalan

PLATO : untuk mencari kebaikan yang lebih baik

POLISI : beri saya lima menit dengan ayam itu, saya akan tahu kenapa setelah saya interogasi dia

SBY : i don’t care about that chicken. sistem kita sedang berjalan untuk mengawasinya.

JUSUF KALLA : tidak perlu konvensi untuk menjawab mengapa ayam itu tetap menyebrangi jalan

THUKUL ARWANA : dasar ndeso gak pernah liat ayam nyebrang jalan apa… itu namanya kristalisasi keringat.. puas..puas..

ABDULLAH BADAWI : ayam tu trully asia symbol. rightcopy pekare ayam tu dalam kuase pemerintah malaysie.

AHMAD DHANI : saya tidak akan memaafkan ayam itu, kalau dia tidak menyebrang balik kembali. baca terus ya…



Pagi ini tanggal 26 Juni 2008
June 26, 2008, 1:35 pm
Filed under: RUPA-RUPA

Kejadian pagi ini, dalam perjalanan menuju ke kantor, sangat mengagetkan kami (aku dan suamiku). Ketika itu aku sedang membaca koran di samping suamiku yang sedang mengendarai mobil. Baru beberapa saat setelah kami melewati gerbang tol Pondok Ranji dan kami ada di jalur cepat, mendadak suamiku menyerukan sesuatu dan ketika aku melihat ke depan ternyata mobil di depan kami telah melintang posisinya karena mengerem tiba2 dan berputar 90 derajat. Suamiku langsung membanting setir ke kiri untuk menghindar dan nyaris mengenai ekor mobil itu.

Ufff…. lututku langsung lemas, jantungku berdebar-debar. Untung saja saat itu jarak kami dengan mobil itu tidak terlalu dekat, dan sedang tidak ada mobil di jalur sebelah kiri kami. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan kami dan orang dalam mobil itu, bila situasi yang ada malah sebaliknya. Perlu waktu beberapa saat untuk menetralisir kembali kekagetanku. Entah apa sebabnya pengemudi mobil itu tiba2 mengerem saat melaju dengan kecepatan tinggi, tapi syukurlah dia aman2 saja.

Dan ketika sampai di kantor akupun langsung tertunduk, bersujud dan bersyukur pada-Nya. Aku sangat sadar bahwa kami terhindar dari kecelakaan bukanlah karena kemahiran suamiku menyetir, tetapi semua itu adalah berkat dan perlindunganNya. Dia masih memelihara kami dan dia masih mendengar doaku ketika saat teduh tadi pagi.

Terima kasih ya Tuhan, pagi ini kami terima lagi berkat-Mu yang sangat nyata dalam hidup kami. Segala sesuatu bisa terjadi pada kami, karena itu biarlah kami serahkan hidup kami ke dalam tangan pengasihanMU. Terpujilah nama-Mu, di dalam Yesus. Amin.



Ketika Kuhitung Berkat-Nya
June 25, 2008, 1:30 pm
Filed under: RUPA-RUPA

Ketika membaca renungan ini di blog favoritku, akupun merasa tersentak dan mengingat serta menghitung kembali berkat-berkatNya kepadaku.

Ketika banyak bayi2 ditinggalkan orang tuanya di panti asuhan, aku selayaknya bersyukur karena aku lahir atas dasar cinta dan kedua orang tuaku sangat menyayangiku.

Ketika banyak anak2 yang makan hanya sehari sekali dan bahkan sering tidak makan, aku selayaknya bersyukur karena dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua yang walaupun kondisi ekonominya pasang surut, namun masih bisa memberiku makanan yang cukup gizi.

Ketika banyak anak2 terpaksa harus putus sekolah karena tak ada biaya, aku selayaknya bersyukur karena orang tuaku dengan segala daya upayanya bisa menyekolahkanku sampai ke tingkat sarjana.

Ketika aku mendapatkan pekerjaan tanpa menunggu lama2 setelah selesai sekolah, aku selayaknya bersyukur karena saat itu banyak teman2 yang masih menganggur dan bahkan masih kuliah.
baca terus ya..



Di Ambang Batas Waktuku
May 31, 2008, 8:00 pm
Filed under: RUPA-RUPA

Pagi ini…
Ah … bukan
Subuh ini…
Ah… belum
Ini kan masih dini hari
Lalu kenapa aku sudah terjaga ?

Ah… tentu saja
Aku harus terjaga
Aku harus menikmati kegelapan ini
Aku harus melihat terang menggantikannya
Aku harus mendengar kicauan sahabatku
Aku ingin merasakan jejaknya pada lenganku, bahkan kukunya
Aku rindu semilir teman yang membelai rambutku nan hijau
Aku menantikan tetesan air yang turun melewati rambutku
Meninggalkan bau khas tanah negeriku

Ah… berapa lama lagi waktuku
Terang sudah hampir menguasai
Sebentar lagi akan ada suara benda-benda aneh itu
Sebentar lagi akan ada suara berdebum keras
Itu pasti salah satu temanku
Atau sepupuku…
Atau kakakku…
Atau ibuku…

Besok pagi…
Ah… bukan
Besok dini hari…
Akankah aku masih terjaga ?
Akankah kulihat terang menggantikan gelap ?
Akankah aku mendengar sapa temanku ?

Ah…
Andaikan aku bisa menggeser tubuhku
Saat makhluk-makhluk aneh itu membelah perutku
Biar mereka terhunjam oleh tubuh kekarku
Biar mereka tidak lagi melukai saudara-saudaraku

Ah…
Itu hanya khayalku
Aku takkan pernah bisa
Aku hanya bisa menunggu waktuku
Dan menjadi seonggok tunggul bisu
Seperti temanku…
Seperti saudara-saudaraku….

BSD, 31 Mei 2008

(Ketika aku sedang berimajinasi menjadi sebatang pohon yang akan menjadi korban pembalakan liar)



PULANG KAMPUNG (PULKAM)
May 13, 2008, 8:32 pm
Filed under: RUPA-RUPA

Senin tgl 14 April yang lalu aku pulang ke Medan dalam rangka perjalanan dinas kantor. Tugasku sebenarnya mengadakan rapat penjelasan proyek untuk pembangunan gedung kantor cabang kami di Tebing Tinggi. Namun berhubung kami juga melibatkan kantor wilayah di Medan, maka aku tetap bermalam di Medan dan hanya pada saat rapat saja pergi ke Tebing Tinggi.


Pulang ke Medan bagiku selalu punya kesan tersendiri. Ketika menjejakkan kaki di kota kelahiranku itu, kehangatan terasa menjalar keseluruh tubuh, sepertinya kota itu merangkulku dengan kerinduan yang mendalam. Sepanjang perjalanan dari airport menuju ke rumah, melewati bekas sekolahku SMAN-1, melewati jalan2 yang sering kulalui, melewati warung tahu isi tempat aku dan 3 sohibku (Riri, Chandra & Joan) biasa nongkrong, melewati rumah sohibku di seberang sekolah (‘base camp’ kami sambil menunggu kecengan lewat) … wow… rasanya seperti diputarkan film jadul kisah nyata.


Masa SMA memang bagian paling indah sepanjang masa mudaku, pastinya bukan karena adanya kisah asmara (uugh…. rugi banget pacaran waktu SMA, membatasi pergaulan dan menghabiskan waktu hanya dengan satu orang saja….. cape deh !).


Yang paling berkesan adalah pertemanan di masa SMA lengkap dengan kenakalan2 khas remaja. Sampai beberapa tahun setelah tamat SMA, kami mantan teman sekelas (yang walaupun sedikit nakal, namun pintar2), sebagian besar sudah berpencar untuk kuliah di kota2 lain, selalu menyempatkan diri untuk bertemu lagi tiap kali ‘pulkam’ saat liburan. Yang ada, kami akan selalu terpingkal-pingkal sampai perut kaku mengingat-ingat kembali kisah2 atau lebih tepatnya kejahilan2 kami kepada guru (padahal tiap ketemu yg diceritain itu lagi, itu lagi… 🙂 ).


Yang paling seru adalah ketika kami meninggalkan kelas kosong dan sang guru sibuk mencari-cari muridnya karena tak satupun ada di dalam kelas, tak terkecuali anak2 manis yang biasanya tdk mau ikut2an akhirnya terprovokasi juga. Ada yang ngumpet di perpustakaan, kantin, musholla, toilet ….. 🙂 .… nakal ya..!!!. Untuk hal yang satu ini kami mendapat hukuman dari wakil kepala sekolah pak Sianturi yang terkenal paling galak. Saat masuk kelas satu persatu, kepala kami kena getokan maut … Alamak ! Sakit kali.. ! baca terus ya…